Tuesday, June 7, 2016

Lebih Sehat Dengan Buah Berkualitas Tinggi


World Health Organization (WHO) menganjurkan untuk mengonsumsi buah-buahan sebanyak minimal 400 gram buah per hari sebagai bagian dari diet yang sehat. Akan tetapi ada beberapa hal selain kuantitas yang juga perlu diperhatikan dalam mengonsumsi buah-buahan yaitu kualitas buah dan cara mengonsumsinya.

Buah yang dikonsumsi sebaiknya memiliki kualitas unggul, baik itu dari segi kebersihan, kesegaran maupun keamanan untuk dikonsumsi. Tidak semua buah impor aman dikonsumsi, perhatikan juga negara asal buah tersebut. Negara seperti Australia dikenal telah memiliki standar keamanan pangan yang diakui dunia, kesegaran dan kualitas buahnya pun sangat terjamin karena dikontrol secara ketat oleh pemerintahnya.

Buah berkualitas tercermin dari kondisi buah itu sendiri. Sebagai contoh, buah apel yang kulitnya mengkilat menandakan bahwa apel tersebut sudah matang, semakin mengkilat kulit apel maka semakin matang dan manis rasa buahnya. Akan tetapi, berhati-hatilah terhadap buah apel yang mungkin mengkilatnya karena telah diberikan zat kimia tertentu. Oleh karena itu, pastikan Anda membeli buah yang sudah terjamin kualitasnya dan jangan lupa untuk selalu mencuci buah pada air mengalir dan menggosoknya dengan bersih sebelum dikonsumsi.

Mengenai keamanan dalam mengonsumsi buah, ada sebuah anggapan yang beredar di masyarakat yaitu larangan untuk mengombinasi buah dengan karbohidrat dan protein tertentu karena dapat memperberat kerja pencernaan. Menurut Ahli Gizi, Jansen Ongko, MSc, RD, anggapan ini hanyalah sebuah mitos belaka sebab buah dapat dikonsumsi bersama sumber karbohidrat lain seperti nasi dan juga protein dari daging-dagingan/tumbuhan. Namun perlu diingat bahwa buah adalah sumber karbohidrat sehingga perlu diukur jumlah buah dan nasi (misalnya) yang dimakan agar tubuh tidak berlebihan mendapat asupan karbohidrat.  Menggabungkan buah dengan sumber makanan lain bukanlah masalah karena makanan yang kita makan akan diproses oleh sistem pencernaan. “Intinya adalah buah itu aman dan boleh dikonsumsi kapan saja”, kata Jansen.

Bahkan agar terbiasa mengonsumsi buah, kreativitas dalam menyajikan buah itu sangat diperlukan apalagi untuk anak-anak. Selain dijadikan hidangan penutup, buah juga bisa dijadikan salad, kue, dan minuman segar. Aneka sajian buah yang kreatif akan membuat kita semakin berselera mengonsumsi buah. Pastikan untuk tidak memanaskan buah terlalu berlebihan agar kadar nutrisi dan vitaminnya tidak berkurang. Tapi tidak perlu terlalu khawatir karena berkurang bukan berarti tidak baik.

Buah yang berkualitas memang cenderung lebih mahal akan tetapi hal ini hanyalah sedikit investasi yang perlu kita keluarkan demi kesehatan jangka panjang. Semahal-mahalnya harga satu kilogram buah apel, pir, atau plum tentunya tidak lebih mahal daripada biaya berobat jika kita jatuh sakit. Mari kita hidup sehat, dengan berolah raga secara teratur, menjaga pola makan seimbang dan biasakan makan buah setiap hari!

*****
Narasumber:
Jansen Ongko, MSc, RD adalah seorang ahli gizi (dietitian) lulusan Nutritional Science California State University, Los Angeles, USA yang juga aktif sebagai pembicara, edukator, pengarang buku, serta narasumber gaya hidup sehat untuk berbagai media nasional dan internasional.

Tuesday, October 28, 2014

Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak: Mendampingi atau Mengarahkan?

Secara alamiah, anak-anak dikaruniai dengan rasa ingin tahu serta kapasitas yang besar untuk berimajinasi dan berfantasi. Keduanya merupakan unsur penting dalam bermain. Dengan dorongan rasa ingin tahu yang besar dan daya imajinasi yang tinggi, anak-anak dapat bermain, mengeksplorasi dan mengajukan pertanyaan dengan bebas tanpa ada perasaan takut akan dihakimi. Semua ini adalah ciri-ciri individu yang kreatif.

Kreativitas dan imajinasi merupakan dua hal yang saling berhubungan. Berawal dari imajinasi, gagasan besar serta ide-ide kreatif dapat tercipta, dan pada umumnya, orang yang berpikir kreatif selalu diikuti dengan kemampuan imajinatif. Imajinasi dapat membuat suatu hal yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin. Pesawat terbang hasil penemuan dari Wright bersaudara juga berawal dari sebuah imajinasi untuk membuat manusia dapat terbang.

Selain memiliki ilmu pengetahuan, anak-anak yang sukses di masa depan umumnya adalah anak-anak yang mampu berpikir kreatif dan imajinatif. Mereka mampu menciptakan hal-hal baru dengan kekuatan imajinasinya. Namun demikian, kreativitas bukanlah bawaan sejak lahir. Kreativitas harus terus dipupuk dan diasah sejak kecil.
Dukung dan Kembangkan Kreativitas Si Kecil dengan Memberikan Dorongan dan Sarana yang Tepat.

Photo: Mattel











Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas. Hanya saja tidak semua anak dapat mengembangkan kreativitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam mengembangkan kreativitas tersebut. Banyak cara dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan memberi dorongan yang tepat, misalnya dengan memberikan fasilitas dan sarana bagi anak untuk berkreasi melalui mainan yang dapat merangsang daya kreativitasnya, seperti mainan balok susun, boneka Barbie dan sebagainya.

Sebagai contoh, bermain dengan boneka dapat memberikan banyak manfaat bagi perkembangan si kecil. Bermain boneka dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar karena melibatkan gerakan tangan, lengan serta kaki, misalnya saat berlarian sambil memeluk boneka, dan meningkatkan keterampilan motorik halus yang melibatkan gerakan jari-jari tangan seperti saat mengganti pakaian boneka.

Selain itu, boneka adalah mainan yang layak diajak bicara. Anak-anak seringkali berinteraksi dengan boneka seolah bonekanya dapat memahami bahasa manusia. Ketika berbicara dengan boneka, anak akan bereksplorasi secara bebas serta mengeluarkan ide-ide dan pemikirannya sehingga mengasah keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.

Bermain dengan boneka juga dapat meningkatkan kemandirian karena anak-anak akan merawat dan menjaga boneka sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Mereka tidak senang diajari bagaimana cara memperlakukan bonekanya. Bermain boneka juga bisa dilakukan secara bersama-sama di mana anak dan teman-temannya saling bertukar pikiran mengenai aktivitas dengan boneka, lalu menyusun peran untuk masing-masing boneka. Karena itu, boneka dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial.

Bermain peran merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan dalam permainan dengan menggunakan boneka. Bermain peran dengan menggunakan boneka dapat meningkatkan kemampuan anak berimajinasi, terutama saat memerankan karakter tertentu seperti dokter, astronot, penata rambut, penari balet, superhero dan lain-lain. Melihat manfaat yang dapat diperoleh, bermain boneka berpotensi besar dalam mengembangkan kreativitas dan imajinasi karena anak akan mengeksplorasi kemampuannya dengan optimal saat meniru gaya, membuat sendiri keperluan yang akan digunakan seperti baju yang dikenakan oleh boneka, mengubah suara saat bermain dan lain sebagainya.

Selain memberikan dorongan dalam bentuk sarana yang tepat untuk mengembangkan kreativitas, orang tua juga dapat memberikan dukungan dengan menciptakan suatu kondisi yang mendukung anak mengembangkan kreativitasnya, misalnya dengan memberi mereka kebebasan untuk bermain, berekspresi dan berkreasi. Namun, hal yang patut diingat oleh setiap orang tua adalah bahwa memberikan anak kebebasan untuk bermain bukanlah berarti membiarkan. Orang tua tetaplah perlu mendampingi anak saat bermain.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah membedakan antara mendampingi dengan memberi pengarahan sebab dua hal inilah yang sering menjadi kesalahpahaman di antara para orang tua. Dalam permainan yang didampingi oleh orang tua, seringkali terjadi kondisi di mana orang tua merasa lebih tahu dan berpengalaman mengenai bagaimana cara memainkan mainan tertentu. Situasi ini justru mengubah peran orang tua dalam permainan dengan si anak, dari ‘mendampingi’ menjadi mengarahkan atau mengatur anak bermain sehingga membatasi anak dalam berimajinasi dan berkreasi karena terbentur dengan aturan-aturan atau hal-hal yang dianggap tidak tepat oleh orang tua. Sebagai contoh, “Ukuran baju boneka harus seperti ini ya… karena kalau tidak nanti kekecilan”, dan lain-lain tanpa memberikan kesempatan bagi si anak untuk melakukan eksplorasi sendiri ataupun trial-error ketika bermain.

Ingat ya Bunda, mendampingi anak bermain bukan berarti mengaturnya dalam permainan. Berilah kesempatan dan kepercayaan pada anak untuk bermain dengan mengandalkan kekuatan kreativitasnya, maka kita akan terpesona dengan dunia imajinasi yang anak ciptakan.

Kehadiran orang tua sangatlah bermakna dalam proses pertumbuhan seorang anak. Mendampingi saat anak bermain, menjadi teman bermain, memastikan anak memiliki waktu untuk bermain yang cukup di sela jadwal aktivitasnya sehari-hari, dan sebagainya merupakan beberapa contoh yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendukung anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Lebih dari itu, kelekatan yang terjalin antara orang tua dan anak ketika bermain akan membuat proses stimulasi berjalan optimal.